Tentang Pekerjaan

img_20170208_165858Beliau adalah bapak penjual pentol di daerah Imogiri. Tepatnya di mana? Cukup saya saja yang tahu ya. 🙂

Jadi begini, beliau, meskipun seorang penjual pentol namun beliau terlihat rapi dan wangi. Sungguh terlihat berbeda dengan kebanyakan penjual pentol yang seadanya. Rasa pentolnya juga enak. Percayalah! Ini adalah pentol terenak yang pernah saya icipi sepanjang perjalanan jajan pentol saya. Halah.

Selain pakaianya yang rapi dan wangi, bapak penjual pentol ini juga ramah dan suka melucu. Sudah pentol enak, penampilan rapi, penjualnya ramah. Kumplit sudah!

Dari sekian banyak pekerjaan, utamanya babagan dodolan, ada berapa banyak orang yang seakan mengabdi secara benar-benar penuh untuk pekerjaanya? Saya kira tidak banyak. Beliau, meskipun seorang penjual pentol, namun tahu betul bahwa pembeli lebih menyukai penjual yang rapi, yang ramah, dan yang memberikan rasa terbaiknya.

Terkadang, beberapa dari kita, atau jangan-jangan saya sendiri, suka sekali mengeluh tentang pekerjaan yang dijalani. Mengeluh tanpa ada solusi. Ya pokoknya sambat ora uwis-uwis, dan tanpa disadari itu adalah perbuatan yang menyebalkan. Bagi njenengan yang tidak seperti itu, semoga njenengan terus begitu. Nek saya ya kadang tetep sambat. Hehe..

Beberapa orang melakukan pekerjaannya karena tuntutan orangtua, karena ”keadaan” juga. Keadaan yang saya maksud adalah ketika njenengan harus bekerja karena njenengan ada keinginan yang ingin diwujudkan. Salah satu contoh adalah misalnya calon mertua menghendaki punya menantu seorang PNS, maka karena njenengan adalah calon mantu yang baik maka njenengan mati-matian usaha supaya bisa jadi PNS atau ya contoh lain, njenengan bekerja dengan pekerjaan yang penuh tekanan dan jam lembur yang banyak supaya gaji banyak dan bisa membeli barang yang anda inginkan (bisa kendaraan, barang eletronik, rumah, atau malah biaya menikah). Semua itu sah saja menurut saya untuk dilakukan. Wong kadang kalau saya pikir-pikir, hidup itu kan perkara pilihan dan kesepakatan. Kalau mau memilih untuk berleha-leha dan bekerja yang seadanya ya hasilnya segitu-gitu aja. Mau memilih dan sepakat untuk lebih rajin dan bekerja dengan cerdas dank eras ya hasil yang dituai ya setimpal.

Beberapa orang ya beruntung bisa bekerja dengan passion mereka. Btw, passion ki apa jane saya juga nggak gitu paham. Hehe. Semacam bekerja sesuai dengan minat atau bakat sepertinya. Tapi ya tidak semua orang bisa seperti itu dan saya ya mungkin salah satunya. Wong meskipun ada yang bekerja sudah sesuai dengan passion tapi tetep aja kadang ada rasa bosan, toh? Ya ndak papa, namanya juga manusia. Wajarlah.

Apapun itu pilihan hidup akan pekerjaan, semoga kita, njenengan dan saya memiliki pekerjaan yang halal dengan rejekki yang menjadi rahmat bagi orang di sekeliling kita. Kita bekerja, betul-betul mencurahkan energi untuk niat mencari rejeki dan memaksimalkan potensi diri. Kan sehat, mosok yo ora kerja. Begitu, suwargi bapak saya dulu pernah berkata kepada saya.

Leave a comment